Neh sebenarnya para pengasuh website http://www.pmi-yogya.org, ketiga orangini pernah sebagai tenaga partimer di PMI Cabang Kota Yogyakarta, dengan tugas dan kedudukan masing-masing, seperti
Orang bernama Mukhsinun, sebagai Kepala Bagian Relawan dan PMR, kerjaannya tiap harinya adalah membuat program-program peningkatan kapasitas Relawan dan PMR di PMI, hobinya selalu bikin proposal kegiatan, tapi sayangnya neh orang bahasa inggrisnya kacau balau, pernah suatu ketika dalam sebuah presentasi proposal yang dia buat dan kebetulan tuh proposal di tujukan ke salah satu lembaga dari Jepang, dan kebetulan tuh orang jepang datang buat lihat Mukhsinun berpresentasi, dan dia datang tanpa membawa seorang translate bahasa, karena inun gak bisa bahasa jepang dan inggris, dan tak dinyana si orang jepang juga gak bisa bahasa indonesia dan inggris, tapi si orang jepang membawa penerjemah.
Proses presentasi berjalan, dan sampai pada tahap tanya jawab, dan si jepang bertanya, tapi pada saat bertanya tuh penerjemah lagi nerima telepon, jadilah dua orang kelabakan, tapi dasar mukhsinun, selesai si jepang bertanya, dijawab pula oleh inun dengan bahasa jawa, mending kalo pake bahasa jawa dari jogja atau solo, lah ini pake bahasa jawa banyumasan, apa gak aneh jadinya…
Orang Kedua sebut saja namanya Anggun Gunadi, pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Komunikasi dan Informasi, setahun pertama atau tahun awal di kasih job ama PMI sebagai tenaga partimer adalah sebagai Humas, dia jalanin tapi dia merasa sebagai boneka, jadinya Humas atau Publick Relation itu kan selalu membuat bagaimana citra PMI Positif kan? emang 6 bulan awal dia menjadi Humas, kerjanya sesuai,tapi karena lama-lama dia merasa di peralat oleh sekretaris, jadi deh tulisan-tulisan berbau revolusi dia tampilkan di buletin, mading kertas yang ditempel di tembok semacam orang demonstrasi, tapi setelah itu dia di tawari menjadi Kabag Kominfo, karena sebelumnya dia membuat konsep bahwa perlu adanya institusi yang membidangi tentang citra organisasi, dia membuat konsep dan akhirnya dia yang harus menjalankan konsep tersebut dengan menjadi Kabag Kominfo (sudah jatuh ketimpa tangga)
Dua orang diatas pernah menjadi orang yang paling harus di jauhi dari setiap rapat-rapat koordinasi antar wilayah, daerah bahkan regional, karena bila dua orang itu ikut rapat pasti rapat menjadi mentah hasilnya dan harus lebih panjang, atau dalam rapat atau pertemuan apa saja, pasti ada orang yang merasa jago, pintar atau master dalam menangani sebuah proyek akan menjadi tidak berdaya ketika dua orang itu hadir dalam rapat, karena selalu saja dua orang ini menolak dengan keadaan statis keadaan dimana hanya satu pihak yang di untungkan, atau menolak orang yang berpendapat tapi keluar dari jalur, dan biasanya orang yang ditolak pendapatnya oleh dua orang ini adalah seorang Profesor, doktor, pokonya orang yang memiliki gelar sarjana tinggi dan banyak gelarnya…
Orang ketiga adalah bernama Wahyudin Susilo, posisi Kepala Sub Bagian Informasi dan Tekhnologi, kehadiran orang ketiga ini gara-gara orang kedua atau Kepala Bagian Kominfo mencari orang yang bakal membantu dalam pekerjaan Kominfo, sehingga muncullah Udin sebagai orang ketiga. Dia adalah orang yang pandai dalam mengelola program komputer dan tekhnisnya, namun sayang ini orang paling gak tahan atau boleh di bilang tidak suka dalam hal tulis menulis, padahal dia sedang skripsi, dan skripsi itukan pasti berbentuk karya tulis, neh orang paling males jika disuruh untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan, makanya di blog ini kita tidak akan mendapati tulisan dari Udin.
itulah tiga orang yang selama kurun waktu tahun 2007 selalu bersama, sebenarnya ada satu lagi orang bernama Agung Rahadi Hidayat, posisinya sebagai kepala sub bagian Penanganan Bencana, namun karena survive dirinya dan memiliki idealis tinggi bahwa dia harus menjadi seorang pegawai negeri, maka dia melakukan perjuangan pulang kampung halamannya di Palembang untuk menjadi pegawai negeri, namun sampai tulisan ini di tulisa dia belum menjadi pegawai negeri, kita doa kan bersama semoga Agung jadi pegawai negeri- amin –
Nah, sekarang sudah tahun 2008, berarti tugas mereka telah berakhir, karena kontrak mereka menjadi tenaga partimer pada masing-masing bidang telah selesai di akhir tahun 2007, dan sekarang nasib mereka terkatung-katung
walau akhirnya di Udin membuka warung kelontong kecil-kecilan, si anggun menjadi seorang layouter di sebuah penerbitan dan inun akhirnya menjadi calon suami
danyang nulis ini adalah manajernya para mantan kebag dan kasubag yang pernah menjadi tenaga partimer di PMI Kota Yogyakarta